TRIBUNLAMPUNG.CO.ID - Cerita
misteri soal bertemu `mahluk lain' di hutan belantara bukan merupakan hal yang baru. Mulai dari mitos, legenda, atau kabar dari mulut ke mulut, kerap kita dengar perihal adanya `kehidupan lain' di luar manusia secara umum.
Salah satunya tentang keberadaan
`manusia hutan'. Banyak cerita tentang keberadaan mereka Bahkan, tidak sedikit literatur yang pernah memuat tentang adanya sekelompok orang yang dinilai di luar peradaban manusia modern masa kini, dan pernah dijumpai di hutan-hutan belantara.
Seperti berita mengenai dilihatnya
manusia yang berukuran lebih kecil dari manusia normal di Kerinci, Sumatera Barat, atau keberadaan orang kerdil di pegunungan Bone, Sulawesi Selatan, yang dikenal dengan sebutan Suku Oni. Hanya saja, cerita maupun kisah mengenai adanya `manusia hutan' maupun manusia kerdil ini belum bisa dibuktikan secara ilmiah.
Keberadaan mereka masih simpang siur. Belum ada bukti otentik atau yang meyakinkan dan bersifat fakta yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Banyak yang mengaku melihat, tapi tak ada satupun yang berhasil mengabadikan eksistensi mereka dengan kemajuan teknologi terkini. Seperti kamera foto ataupun video.
Hal inilah yang menjadikan misteri
akan keberadaan mereka di era milenium ini. Namun demikian, keberadaan mereka sesungguhnya diakui di dunia nyata. Ini merujuk dari penemuan fosil-fosil manusia berpostur mini di situs Liang Bua, Flores, pada Tahun 2003 lalu oleh tim arkeologi nasional (Arkenas). Namun, dari hasil penelitian, fosil tersebut diperkirakan berumur antara 18 ribu hingga 36 ribu tahun silam. Misteri adanya `manusia hutan' ini kembali santer terdeteksi di Taman Nasional Way Kambas (TNWK),
Kabupaten Lampung Timur, Provinsi Lampung beberapa waktu lalu.
Tak hanya sekali, polisi hutan (polhut) yang bertugas di sana mengaku dua kali bersua dengan mereka dalam rentang waktu yang berdekatan. "Betul memang petugas polhut kita yang kala itu bertugas melihat ada `manusia lain'. Bukan cuma satu petugas. Tapi semua tim yang waktu itu bertugas melihat mereka. Mereka
dalam keadaan sadar. Yang pertama itu hari Minggu (17/3/2013). Tapi tidak kerdil semua," cerita Sukatmoko, Humas TNWK, Selasa (26/3/2013).
Penampakan kedua kembali terjadi saat rombongan petugas polhut berpatroli di lokasi yang hampir sama pada pertemuan pertama. Yakni Rabu (20/3/2013) lalu. "Teman-teman yang patroli kembali melihat. Tapi waktunya sangat singkat. Mereka langsung lari menyelinap ke dalam hutan,"
tukasnya. Hanya saja, lagi-lagi keberadaan mereka yang saat ini terdeteksi di Provinsi Lampung tak berhasil diabadikan. Para petugas juga tidak bisa memastikan apakah rombongan yang mereka temui tersebut merupakan manusia kerdil seperti cerita di Kerinci maupun Bone.
Namun, belasan `manusia hutan'
yang ditemui bergerombol di TNWK tersebut berciri layaknya gambaran manusia purba ala film flintstones. Yakni tidak berbaju, berambut gondrong, serta memegang tombak kayu. "Ya seperti itu kira-kira. Pakai celana atau tidak, teman-teman polhut juga tidak jelas melihatnya. Yang jelas tidak pakai baju. Kita juga tidak tahu mereka sedang atau bertujuan mau apa. Apa mau berburu atau bagaimana kita tidak bisa simpulkan apa-apa," katanya lagi.
Sukat mengaku, pihak TNWK hingga kini belum berani mengambil sebuah kesimpulan terkait pertemuan polhut dan `manusia hutan' beberapa waktu lalu. Terlebih soal julukan manusia kerdil. Karena jarak pandang saat pertemuan cukup jauh, ditambah cahaya alam yang pada waktu itu dalam perubahan dari sore menjelang malam hari. "Teman-teman tidak bisa pastikan apakah mereka kerdil atau tidak. Karena melihat dari jauh, cuma sebentar sekali. Karena mereka langsung kabur masuk hutan. Dan bukti kita hanya mata. Tidak ada bukti lain. Dan saya juga tidak pernah menyebut tinggi mereka itu 50 centimeter. Memang ada yang pendek tapi ada yang normal juga. Itu pengakuan teman-teman yang melihat," bebernya.
Pria yang telah lebih dari sepuluh tahun bertugas di bawah bendera Kementrian Kehutanan (kemenhut) ini memastikan temuan tersebut merupakan yang petama kali di TNWK.
Hal itu juga diakui rekan- rekan polhut maupun pegawai Kemenhut lainnya melihat `manusia hutan', selama berkerja di TNWK. "Belum pernah seumur-umur, teman- teman atau saya melihat. Jadi ini yang pertama selama puluhan tahun. Kita juga heran. Padahal kita sering patroli rutin. Kami juga belum berani melaporkan secara resmi ke kemenhut. Karena tidak ada bukti tadi. Hanya melihat saja. Jadi kita belum berani ambil kesimpulan," tutur pria yang akrab disapa Pak Sukat ini.
Kebingungan pihak TNWK sungguh berdasar. Ini jika melirik wilayah TNWK yang tidak memiliki akses atau celah ke wilayah lain. Tidak seperti TNBBS yang menghubungkan wilayah Sumatera. "Kami pernah mendengar ada yang melihat juga di Kerinci. Tapi kita (TNWK) ini kan tidak ada akses. Kita terputus dengan wilayah lain. Beda dengan TNBBS(Taman Nasional Bukit Barisan Selatan)," ungkap Sukat. Dengan adanya pertemuan tersebut, pihak TNWK telah mengambil langkah-langkah antisipatif. Seperti memasang kamera trap yang menggunakan inframerah untuk mendapat bukti atau jejak secara nyata. Kamera inframerah sendiri mampu menangkap obyek bergerak saat siang maupun malam hari. Pihaknya juga akan merutinkan patroli di pinggir kawasan. "Kita
takut siapa tahu mereka bertemu manusia di perbatasan. Dan bisa terjadi apa-apa kan. Kalau untuk kamera itu sebagai bukti. Kalau memang mereka itu ada. Dan kalau ada itu seperti apa dan bagaimana. Baru bisa kita ambil sebuah kesimpulan. Jadi tidak hanya ceritakan. Benar-benar ada bukti," imbuhnya.
Hingga kini, memang belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa mereka benar-benar ada.
Seperti halnya kisah `orang pendek' di Kerinci dan Bone. Bahkan, selama hampir seminggu kamera trap terpasang, belum mendapat gambaran adanya aktivitas `manusia hutan'. Keberadaan mereka masih menjadi cerita dan misteri. (indra
simanjuntak)
Sumber: lampung.tribunnews.com
0 Response to "Misteri `Manusia Hutan' di TNWK Lampung Timur"
Posting Komentar